Update, Jawa Barat
Bagai Oase dipadang tandus, demikian kehadiran Emily Sutanto dikalangan petani Tasikmalaya yang identik dengan panas dan lumpur.
Sosok wanita muda yang malang melintang hidup di luar negeri dengan penampilan ala “Super Model”, sungguh tidak akan ada yang menduga kalau Wanita ini adalah seorang eksportir beras organik ke 7 negara terkemuka di dunia, seperti Amerika, Belgia, Italia, Malaysia, Singapura, Jepang dan China.
Kesuksesan ekspor beras organik Indonesia ke mancanegara tidak lepas dari campur tangan sang “Super Model”, yang fasih berbahasa Inggris karena sejak kecil hidupnya lebih banyak dihabiskan di mancanegara.
Emily Sutanto , berinteraksi langsung dengan petani bahkan memposisikan petani sebagai sahabat dan mitra kerja dalam mensukseskan expor padi organik asal Tasikmalaya.
Di usia mudanya Emily sudah menjadi Founder atau pendiri sekaligus Direktur PT.Bloom Agro di Tasikmalaya Jawa Barat, usahanya selain export beras organik juga sebagi exportir gula organik, Jamu Health Shot, Green Tea Mojito dan Cuka Marinade yang semuanya berbasis organik.
Wanita tangguh yang merahasiakan umurnya ini mengatakan, jangan pandang rendah para petani karena petani merupakan pejuang yang hidupnya harus sejahtera, ungkapnya di sela-sela kegiatan “Pelepasan Sewindu Eksport Beras Organik Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya ke Belgia 2016”, yang berlangsung di Desa Mekarwangi, Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (1/9/2016).
Eksport beras organik ke Belgia dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang didampingi Bupati Tasikmalaya UU Ruzhanul Ulum dan Muhamad Zein Kadis Pertanian Tasikmalaya.
Beras organik yang di eksport oleh PT.Bloom Agro merupakan organik yang bersertifikat
Sertifikat beras organik dikeluarkan Institute for Marketecology, lembaga sertifikasi organik internasional, berbasis di Swiss, yang terakreditasi mendunia.
Logo sertifikat yang dimiliki Emily berlaku tiga negara, yakni AS dengan US Department of Agricultural National Organic Program, Uni Eropa, dan Jepang dengan Japanese Agricultural Standard.
Emily terjun langsung ke petani di tujuh kecamatan di Tasikmalaya, dengan sistem perdagangan mengadopsi prinsip fair trade, yang pertama dilakukan oleh pengusaha beras ekspor Indonesia.
Dengan mengadopsi prinsip fair trade atau sistem perdagangan berkeadilan, tujuan menyejahterakan petani bukan lagi omong kosong. Bila suatu kali kedapatan petani organik mengalami tekanan harga, pemutusan kontrak kerja sama ekspor terjadi.
Eksportir cantik ini tidak mau menekan harga beli beras. Usaha penggilingan padi yang dapat memberikan nilai tambah bagi petani yang dikelola Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik bantuan Departemen Pertanian tumbuh besar dengan petaninya.
Emily “terjerumus” dengan beras organik terjadi secara tidak sengaja. Peraih gelar master bidang Manajemen Internasional dan Mass Communication dari Pepperdine University, Los Angeles, California, dan Bond University, Australia, ini pada awal 2008 ditawari Solihin GP (mantan Gubernur Jawa Barat) , yang dia sebut sahabat keluarganya.
Terbiasa hidup di luar negri dengan makanan serba organik, menggugah rasa nasionalismenya untuk “mengibarkan beras organik Indonesia”, karena selama ini yang lebih dikenal di kawasan Amerika dan Eropa adalah organik Thailand dan Vietnam.
Beras Organik hasil petani Tasikmalaya adalah beras yang produksinya dilakukan dengan penuh cinta dan masih ada unsur tradisionalnya, ungkap “Si cantik organik”.
Harapan Emily kepada Pemerintah untuk dapat membantu teknologi lebih canggih agar beras organik yang dihasilkan dari Tasikmalaya dapat berproduksi lebih besar sehingga kesejahteraan petani lebih cepat tercapai.
**** Deetje
Komentar